Senin, 17 Juni 2013

Agama Adalah Candu


Agama Adalah Candu
25 05 2011
Agama Adalah Candu
Seperti yang dikatakan Karl Marx bahwa agama adalah candu merupakan fakta sosial dalam masyarakat. Dalam salah satu kutipannya ia mengatakan bahwa “Religious distress is at the same time the expression of real distress and the protest against real distress. Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people. The abolition of religion as the illusory happiness of the people is required for their real happiness. The demand to give up the illusion about its condition is the demand to give up a condition which needs illusions.”
Pandangan marxisme terhadap agama berdasar atas data historis Eropa menjelang akhir Abad Pertengahan. Ia melihat di Eropa bagaimana kaum bangsawan dan pendeta sebagai kelas atas bekerja sama membius kelas bawah supaya sabar menderita menerima nasibnya dengan iming-iming kebahagiaan di akhirat. Demikianlah agama diperalat, yaitu dijadikan obat bius oleh kelas atas untuk mengisap kelas bawah. Itulah sebabnya Marx memberikan karakteristik agama sebagai candu bagi rakyat. Sejak dini pandangan Karl Marx sudah miring terhadap agama. Benak Marx dihantui oleh persepsi bahwa agama itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri bahwa hingga saat ini orang rela melakukan apapun atas nama agama. Karena begitu dalamnya agama merasuki pikiran dan kehidupan kita sehingga tidak jarang orang-orang yang memegang teguh kebenaran agama sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa diganggu gugat dan tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya.
Permasalahannya adalah tidak hanya terdapat satu agama saja di dunia ini, ada begitu banyak agama, tidak hanya puluhan bahkan ada ratusan agama berbeda dengan keyakinan dan idiologi dan juga penganut yang berbeda-beda pula. Para penganut agama biasanya tidak menyadari bahwa kebenaran itu relatif, tetapi mereka terkadang beranggapan bahwa kebenaran hanya milik mereka dan Tuhan mereka saja. Sehingga menganggap pengikut agama lain salah. Hal inilah yang sering manyebabka terjadinya konflik antar agama yang sering diwarnai dengan kekerasan.
Bicara agama juga tidak lepas dari faktor-faktor politik, kekuasaan dan kepentingan-kepentingan lainnya. Contohnya konflik SARA yang sering terjadi di Indonesia sering dikaitkan dengan isu-isu politik sebagai peralihan public terhadap masalah yang ada dalam pemerintahan kita. Bicara masalah kekuasaan karena agama merupakan salah satu bentuk organisasi, yang kita tahu bahwa manusia adalah mahluk sosial yang cenderung berkumpul dan membentuk kelompok berdasarkan kesamaan cita-cita dan idiologi. Manusia juga mencari kekuatan didalam kelompok dan kekuatan tersebut biasanya diperoleh berdasarkan jumlah. Karena jika mayoritas maka kemungkinan besar untuk mengintimidasi minoritas akan lebih besar, sebaliknnya jika minoritas maka kemungkinan akan terintimidasi yang akan lebih besar. Sehingga setiap pengikut agama berlomba-lomba menambah pengikutnya dan berusaha saling menjatuhkan mennyebabkan yang juga sering menimbulkan konflik kepentingan dengan cara kekerasan.
Candu yang terkait agama disini adalah candu yang dapat mengakibatkan orang bertindak diluar kesadaran dan logikanya karena pengaruh imajinasi yang disebabkan oleh candu tersebut. Maka ada kemungkinan ketika orang-orang melakukan kekerasan ataupun hal-hal lain terkait agama sebenarnya diluar logika dan kesadarannya namun karene pengaruh dari imajinasi agama atau candu dari agama. Bisa jadi ia bahkan tidak tahu apa yang ia lakukan dan untuk apa hal itu harus ia lakukan. Mungkin jika berfikir dengan logika ia tidak akan mau melakukan hai itu. Contoh: jadi pelaku bom bunuh diri atasnama jihad.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Yuana, Kumara. 2010. THE GREATEST OF PHILOSOPHERS. Andi: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar