Senin, 17 Juni 2013

lomba mading









Agama sebagai Candu Masyarakat



Bagi Marx,
agama merupakan medium dari ilusi sosial. Dalam agama tidak ada pendasaran yang real-objektif bagi manusia untuk mengabdi pada kekuasaan supranatural. Ia justru melihat bahwa agama tidak berkembang karena ada kesadaran dari manusia akan pembebasan sejati namun karena kondisi yang diciptakan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk melanggengkan kekuasaannya. Propaganda inilah yang disebutnya sebagai candu bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal ini Marx mengkritik agama Kristen yang telah mempropagandakan etika ketertundukan. Dalam etika ketertundukan itu manusia hanya bisa tunduk terhadap segala aturan yang dilegitimasi sebagai aturan dari Allah. Manusia pasif dan menerima penderitaan sebagai karunia, sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan kekal. Ini mengindikasikan bahwa manusia akhirnya hanya bisa menerima penderitaannya tak berbuat apa-apa. Justru sikap tunduk inilah yang menguntungkan kaum kapitalis yang nota bene menguasai roda perekonomian. Dalam konteks ini Marx melihat bahwa agama adalah ekspresi langsung dari kelas yang berkepentingan, kelas yang dominan secara ekonomi bahkan politik yaitu kelas kapitalis.

Untuk itulah, Marx mengusulkan lahirnya masyarakat komunis. Dalam masyarakat komunis ini tidak ada lagi bentuk-bentuk
penindasan kelas satu terhadap yang lain. Untuk mencapai cita-cita masyarakat komunis itu –yang dipandang olehnya sebagai suatu penghapusan stratifikasi sosial dalam masyarakat- agama harus sepi. Artinya agama harus dipinggirkan dan tidak mendominasi kehidupan masyarakat.

Kritik agama yang dilancarkan oleh Marx di atas sebenarnya merupakan langkah awal atau sebagai ‘pintu gerbang’ untuk memasuki wilayah kritik masyarakat. Bagi Marx, kritik agama tidak akan mengubah keadaan manusia yang menderita. Yang dibutuhkan adalah kritik masyarakat, agar agama tidak lahir. Dengan demikian, dapat dikatakan di sini bahwa kritik surga menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum, dan kritik teologi menjadi kritik politik

Agama Adalah Candu


Agama Adalah Candu
25 05 2011
Agama Adalah Candu
Seperti yang dikatakan Karl Marx bahwa agama adalah candu merupakan fakta sosial dalam masyarakat. Dalam salah satu kutipannya ia mengatakan bahwa “Religious distress is at the same time the expression of real distress and the protest against real distress. Religion is the sigh of the oppressed creature, the heart of a heartless world, just as it is the spirit of a spiritless situation. It is the opium of the people. The abolition of religion as the illusory happiness of the people is required for their real happiness. The demand to give up the illusion about its condition is the demand to give up a condition which needs illusions.”
Pandangan marxisme terhadap agama berdasar atas data historis Eropa menjelang akhir Abad Pertengahan. Ia melihat di Eropa bagaimana kaum bangsawan dan pendeta sebagai kelas atas bekerja sama membius kelas bawah supaya sabar menderita menerima nasibnya dengan iming-iming kebahagiaan di akhirat. Demikianlah agama diperalat, yaitu dijadikan obat bius oleh kelas atas untuk mengisap kelas bawah. Itulah sebabnya Marx memberikan karakteristik agama sebagai candu bagi rakyat. Sejak dini pandangan Karl Marx sudah miring terhadap agama. Benak Marx dihantui oleh persepsi bahwa agama itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri bahwa hingga saat ini orang rela melakukan apapun atas nama agama. Karena begitu dalamnya agama merasuki pikiran dan kehidupan kita sehingga tidak jarang orang-orang yang memegang teguh kebenaran agama sebagai kebenaran mutlak yang tidak bisa diganggu gugat dan tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya.
Permasalahannya adalah tidak hanya terdapat satu agama saja di dunia ini, ada begitu banyak agama, tidak hanya puluhan bahkan ada ratusan agama berbeda dengan keyakinan dan idiologi dan juga penganut yang berbeda-beda pula. Para penganut agama biasanya tidak menyadari bahwa kebenaran itu relatif, tetapi mereka terkadang beranggapan bahwa kebenaran hanya milik mereka dan Tuhan mereka saja. Sehingga menganggap pengikut agama lain salah. Hal inilah yang sering manyebabka terjadinya konflik antar agama yang sering diwarnai dengan kekerasan.
Bicara agama juga tidak lepas dari faktor-faktor politik, kekuasaan dan kepentingan-kepentingan lainnya. Contohnya konflik SARA yang sering terjadi di Indonesia sering dikaitkan dengan isu-isu politik sebagai peralihan public terhadap masalah yang ada dalam pemerintahan kita. Bicara masalah kekuasaan karena agama merupakan salah satu bentuk organisasi, yang kita tahu bahwa manusia adalah mahluk sosial yang cenderung berkumpul dan membentuk kelompok berdasarkan kesamaan cita-cita dan idiologi. Manusia juga mencari kekuatan didalam kelompok dan kekuatan tersebut biasanya diperoleh berdasarkan jumlah. Karena jika mayoritas maka kemungkinan besar untuk mengintimidasi minoritas akan lebih besar, sebaliknnya jika minoritas maka kemungkinan akan terintimidasi yang akan lebih besar. Sehingga setiap pengikut agama berlomba-lomba menambah pengikutnya dan berusaha saling menjatuhkan mennyebabkan yang juga sering menimbulkan konflik kepentingan dengan cara kekerasan.
Candu yang terkait agama disini adalah candu yang dapat mengakibatkan orang bertindak diluar kesadaran dan logikanya karena pengaruh imajinasi yang disebabkan oleh candu tersebut. Maka ada kemungkinan ketika orang-orang melakukan kekerasan ataupun hal-hal lain terkait agama sebenarnya diluar logika dan kesadarannya namun karene pengaruh dari imajinasi agama atau candu dari agama. Bisa jadi ia bahkan tidak tahu apa yang ia lakukan dan untuk apa hal itu harus ia lakukan. Mungkin jika berfikir dengan logika ia tidak akan mau melakukan hai itu. Contoh: jadi pelaku bom bunuh diri atasnama jihad.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ari Yuana, Kumara. 2010. THE GREATEST OF PHILOSOPHERS. Andi: Yogyakarta

Pulau Wisata Kesehatan


Giliyang Pulau Keajaiban
Oleh: Nor Atis, RA
Keajaiban bukan langsung berarti sesuatu mengandung keunikan yang tampak dari permukaan bumi. Namu, kejaiban terasa uniklagi apabila hal tersebut tak dapat ditangkap oleh panca indra. Dunia memang penuh dengan sesuatu yang unik serta menakjubkan. Akan tetapi, keajaiban yang dikandungnya mayoritas bias dirasa dengan panca indra. Padahal masih banyak keajaiban dan keunikan yang belum tampak.
Benarkah Giliyang mengandung keajaiban serta keunikan ?. tentu jawabannya adalah Benar. Lantas percayakah anda ?. pulau Giliyang memang termasuk pulau yang masih belum dikategorikan Pulau akan tetapi, Daratan terpencil. Namun, maskipun daratan terpencil Giliyang katika kita melihat keadaan pulau Giliyang pada realitasnya. Memanglah benar bahwa Giliyang penuh dengan keajaiban dan keunikan sampai pada suatu hari pemerintah Kabupaten Sumenep mengatakan “ Giliyang patut dibangun sebagai tempat wiasata kesehatan “. Ucapan itu muncul ketika Giliyang diketahui terdapat Ogsigen 2,15 %.
Pada awalnya Giliyang disebut sebagai pulau kahinaan, satu contoh; Airnya asin, tanahnya gelap, pekat, bikin kulit gerrah dll. Dengan keadaan yang seperti itu banyak para pendatang yang kurang kerasan untuk tinggal lam – lama di pulau tersebut. Namun, semua itu hanyalah masa silam yang merupakan sejarah maskipun benar apa adanya. Sungguh tak disangka kehinaan yang dulu menggrogoti pulau Giliyang sekarang sudah sirnah tampa dibasni. Dengan demikian dan ditemukan Ogsigen di Giliyang, pulau tersebut penuh pujian dan menjadi lirikan pemarintah yang tidak hanya pemerintah daerah akan tetapi, pemerintah pusatpun melirik.
Keajaiban saat ini berbalik fakta menjadi sinar bagi pulau Giliyang tersebut. Akan tetapi, keajaiban serta keunikan yang terkandung digiliyang akan terasa sia- sia jika yang menhuni hanya mereka yang awaam, Giliyang saat ini butuh SDM yang mateng terutama pemudanya sebagai pengelolah dan pengembang potensi yang ada. Serta menurutku akan sangat bermamfaat bila yang menepati adalah mereka yang berpengetahuan dan berintlektual tinggi, lagi – lagi para pemudanya.
Maka, tidak ada rasa sungkan dan malu untuk mengatakan Giliyang adalah pulau terpuji dan menjadi lirikan pemerintah. Bahkan Gubernur Jawa Timur Pak Karwo bilang “ andai Masyarakat Giliyang dapat mengelolah terhadap kandungan dan potensi yang ada pada pulau Giliyang, maka dapat dipastikan pulau Giliyang akan penuh dengan limpahan kekayaan “. Apabilah sudah waktunya mereka yang menuntut ilmu pengetahuan d Perguruan Tinggi.
Ahmad Zuhdi Zuhud salah satu wartaawan Jawa Post Radar Madura yang pernah singgi dan menginjakkan kakinya d pulau Giliyang, dalam rangkamengalisis tentang keadaan pulau Giliyang. Hasil dari Risetnya di terbitkan dikoran Radar Madura, Jum’at 10 Mei 2013 yang lalu. Ahmad Zuhdi mengatakan “ Akhir – akhir ini pulau Giliyang menjadi Primadona. Pulau yang menjadi bagian dari Kec. Dungkek ini disebut – sebut memiliki kadar Ogsigen sangat baik “. Ucapnya. Hal itulah yang mendorong sejumlah kalangan mulai dari Pemerintah, pengusaha, hingga prektis kesehatan tertarik untuk berkunjung dan mengelola pulau Giliyang.
Ogsigen, ya. Seperti yang sudah dipaparkan Ahmad Zuhdi, itulah keajaiban dan keunikan kandungan Alam Pulau Giliyang. Keajaiban tersebut merupakan mutiara tersendiri bagi siapapun yang kunjungan ke pulau Giliyang, dan menjadi suatu kebanggaan untuk Masyarakat Giliyang sendiri.
Dusun Asem dan Desa Banra’as merupakan bagian pulau Giliyang yang mengandung 2,15 % kadar Ogsigen. Dan mayoritas Masyarakat yang dekat dengan tempat dimana Ogsigen berada rata – rata segar dan sehat hingga Usia 175 Tahun. Hal ini bedasarkan hasil Riset Ahmad Zuhdi. (Red).
Cuman, sampai saat ini keajaiban dan keunikan yang terdapat di Pulau Giliyang hanya dijadikan sebatas tontonan dan menjadi perbincangan belak di Masyarakat tersebut. Hal ini mungkin merupakan kebolongan dan kelalaian untuk mengemas serta mengelolah. Dan salah satu sebabnya pula karena rata – rata Masyarakatnya terlalu awam maskipun banyak malanjutkan studinya keberbagai Perguruan Tinggi. Sempat mantan Kepala Desa mengatakan “ Apabila saya terpilih dan masih dipercaya oleh Masyarakat untuk memimpin maka kekayaan Alam tersebut akan dikelola sebaikmungkin supaya Masyarakat bisa menikmatinya. Ucapnya. Namun beliau sudah menjadi mantan.
Harapan dari Kami pada Kepala Desa Giliyang yang Terpilih dan dipercaya oleh Masyarakat supaya menjaga, merawat, dan bias mengelola kadar Alam yang menjadi lirikan Dunia. Dan juga kami berharap terhadap pemuda – pemuda Giliyang untuk tidak Stak-nan dalam mengejar impian dan mewujudkan Giliyang menjadi sebuah kepulauan wisata kesehatan Dunia. Amin.!
Salam berjuang menuju perubahan yang lebih baik.
Gapura, Sabtu malam 11 Mei 2013

Nor Atis, RA
Santri dan Siswa kelas III  MA Nasi’atul Muta’allimin
Gapura Timur Gapura Sumenep